“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
(QS. an-Nisaa’ : 9)
Sahabat sekalian, setiap orangtua mendambakan anak yang
shaleh, cerdas, dan membanggakan, akan tetapi keinginan dan upaya yang dilakukan
sering kali belum selaras.
Kita sebagai orangtua lebih banyak mengandalkan guru maupun
tempat les untuk mencerdaskan anak-anak kita, padahal kunci cerdasnya anak,
justru ada di rumah, ada pada kedua orangtua!
Orangtua perlu memahami bagaimana tahapan mendidik anak
sesuai dengan usianya. Berikut ini adalah tahapan cara mendidik anak ala
Rasulullah yang insya Allah dapat mencerdaskan anak-anak kita, baik secara
intelektual maupun emosional.
Mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun: Perlakukan anak sebagai
raja
1.
Anak usia 0-6 tahun merupakan usia
emas atau Golden Age. Anak pada usia ini akan mengalami masa tumbuh
kembang yang sangat cepat. Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang
dengan mainan. Mainan akan sangat membantu agar anak menjadi anak yang
cerdas.
Sedangkan Rasulullah sendiri menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.
Sedangkan Rasulullah sendiri menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.
Zona merah: Jangan marah-marah! Jangan banyak larangan,
jangan rusak jaringan otak anak, pahami bahwa anak masih kecil dan yang
berkembang adalah otak kanannya.
Jadikan anak merasa aman, merasa dilindungi dan nyaman
bersama orangtua. Ketika anak nakal maka janganlah membiasakan untuk
dipukul supaya anak mau menurut. Memukul ataupun memarahi anak pada usia
ini bukanlah cara yang tepat. Berikanlah kesempatan pada anak agar merasakan
kebahagiaan yang berkualitas dimasa kecil.
2.
Mendidik anak usia 7 hingga 14 tahun:
Perlakukan anak sebagai tawanan perang/ pembantu
“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat saat mereka telah
berusia 7 tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka berusia
10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)
Perkenalkanlah anak dengan tanggung jawab dan kedisiplinan
pada usia ini. Kita bisa melatihnya mulai dari memisahkan tempat tidurnya
dan mendirikan shalat 5 waktu.
Pukullah anak ketika anak tidak mau mendirikan shalat.
Tapi bukan pukulan yang menyakitkan atau pukulan di kepalanya. Atau kita
bisa membuat sanksi-sanksi ketika anak melanggar, namun sanksi yang diberikan
usahakan sesuai dengan kesepakatan antara anak dan orangtua.
Zona kuning: Zona hati-hati dan waspada. Latih anak mandiri
mengurus dirinya sendiri, missal cuci piring, cuci baju, menyetrika. Pelajaran
mandiri ini akan bermanfaat banyak di masa depannya, untuk kecerdasan
emosionalnya.
3.
Mendidik anak usia 15 hingga 21 tahun:
Perlakukan anak seperti sahabat
Anak pada usia ini adalah usia dimana anak akan cenderung memberontak. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya adalah agar kita bisa meluruskan anak ketika anak berbuat kesalahan, karena kita dekat dengan anak.
Anak pada usia ini adalah usia dimana anak akan cenderung memberontak. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya adalah agar kita bisa meluruskan anak ketika anak berbuat kesalahan, karena kita dekat dengan anak.
Zona hijau: sudah boleh jalan. Anak sudah bisa dilepas
mandiri dan menjadi duta keluarga.
Timbulkan rasa nyaman pada anak bahwa kita orangtua namun
bisa bersikap seperti sahabat setia. Sahabat setia yang siap mendengar
segala cerita dan curahan hati anak.
Masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.
Masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.
Jangan sampai ketika anak-anak punya masalah namun mereka
cari solusi dan cari curhat ke tempat orang lain. Didiklah anak dengan
membangun persahabatan meskipun kita adalah orangtuanya, agar anak tidak merasa
bahwa kita adalah orang ketiga yang tidak boleh tahu tentang permasalahan
dirinya.
Para orangtua juga dilarang untuk memarahi dan menghardik
anak di hadapan adik-adiknya ataupun di depan kakak-kakaknya. Maksudnya
supaya harga dirinya tidak jatuh sehingga anak tidak merasa rendah diri.
Jalinlah pendekatan yang baik kepada anak.
Semoga bermanfaat.
Sumber: http://www.ummi-online.com
Ditulis Oleh : Pengelola ~ Pendidikan Kesetaraan, Pendidikan Karakter

Tidak ada komentar :
Posting Komentar