Bagi Warga Belajar yang mau Uji Coba Ujian Online PKn Silahkan Klik di sini
PKBM CAHAY@ ILMU
NPSN P2970361 NILEM 14.3.11.0012.4.0.0001
Senin, 18 Maret 2019
Rabu, 29 Maret 2017
UN Jadi Penentu Kelulusan bagi Peserta Pendidikan Kesetaraan ?
Ujian
Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) tahun 2017 akan dilaksanakan
dengan dua metode, yaitu berbasis komputer dan berbasis kertas dan
pensil. Yang membedakan antara UNPK dengan UN pada pendidikan formal
adalah, UN pada pendidikan formal tidak menjadi penentu kelulusan,
sedangkan pada pendidikan nonformal, UN menjadi penentu kelulusan
melalui UN Pendidikan Kesetaraan.
Direktur
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen
PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar mengatakan, peran UN bagi peserta
pendidikan kesetaraan sangat penting, karena menentukan kelulusan.
Kebijakan bahwa UN tidak menjadi penentu kelulusan hanya berlaku bagi
peserta pendidikan formal.
Harris
menuturkan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan pemerintah untuk melakukan penilaian bagi
pendidikan kesetaraan. Hingga saat ini, ujian yang digunakan untuk
melakukan penilaian tersebut adalah Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan
(UNPK).
Sabtu, 07 Maret 2015
Tiga Tahapan Mendidik Anak Ala Rasulullah
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
(QS. an-Nisaa’ : 9)
Sahabat sekalian, setiap orangtua mendambakan anak yang
shaleh, cerdas, dan membanggakan, akan tetapi keinginan dan upaya yang dilakukan
sering kali belum selaras.
Kita sebagai orangtua lebih banyak mengandalkan guru maupun
tempat les untuk mencerdaskan anak-anak kita, padahal kunci cerdasnya anak,
justru ada di rumah, ada pada kedua orangtua!
Orangtua perlu memahami bagaimana tahapan mendidik anak
sesuai dengan usianya. Berikut ini adalah tahapan cara mendidik anak ala
Rasulullah yang insya Allah dapat mencerdaskan anak-anak kita, baik secara
intelektual maupun emosional.
Selasa, 10 Februari 2015
Kesetaraan Akan Ke Non Formal Kembali ?
Yogyakarta (05/02/15) Pendidikan kesetaraan hampir dipastikan
dikelola kembali oleh direktorat jenderal yang mengurusi pendidikan
nonformal, yaitu Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas). Sampai saat ini belum
terbit peraturan menteri yang mengatur rincian tugas unit setingkat
eselon II ke bawah di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun
demikian kembalinya pendidikan kesetaraan ini tinggal menunggu kepastian
hukum saja.
Sabtu, 03 Mei 2014
Sekolah Dibom, 30 Anak Meninggal Dunia
dakwatuna.com – Damaskus. Para aktivis kemanusiaan
di Suriah menyatakan bahwa lebih dari 30 anak-anak meninggal dunia dalam
serangan udara ke sebuah sekolah di kota Aleppo. Dalam waktu yang tak
jauh berbeda, sejumlah warga juga meninggal setelah militer rezim Asad
menjatuhkan bom barel di kota yang sama.
Aljazeera, Rabu
(30/4/2014), mengabarkan bahwa serangan roket telah menarget anak-anak
yang sedang belajar di kelas-kelas mereka. Selain lebih dari 30 orang
korban meninggal, ada puluhan lain yang luka-luka. Beberapa di antaranya
dalam keadaan kritis. Padahal rencananya, seusai pelajaran, anak-anak
itu akan menghadiri sebuah pameran lukisan anak-anak di sekolah Ain
Jalut.
Menurut reporter Aljazeera, pesawat tempur yang melancarkan
serangan itu masih berputar-putar di udara sehingga menghalangi upaya
evakuasi. Serangan ini terjadi setelah pihak pejuang revolusi dan rezim
Asad menyepakati gencatan senjata. Sehingga serangan ini adalah
pelanggaran yang dilakukan oleh rezim Asad.
Sementara itu, sekolah
dasar Ain Jalut juga mendapatkan serangan berupa bom barel. Gedung
sekolah rusak parah, dan potongan-potongan tubuh anak-anak tercecer di
areal sekolah yang berada di bawah kekuasaan pejuang revolusi itu.
Petugas pemadam kebakaran juga masih mengevakuasi tubuh-tubuh yang
tertimbun reruntuhan. Selain ke sekolah, militer rezim Asad juga
menjatuhkan bom barel di lokasi lain di Aleppo yang menjauhkan banyak
korban. (msa/dakwatuna)
Sumber: http://www.dakwatuna.com
Persyaratan Umum peserta Apresiasi PTK PAUDNI Tingkat Nasional
Persyaratan Umum
peserta Apresiasi PTK PAUDNI Tingkat Nasional
1.
Juara
pertama apresiasi bagi PTK PAUDNI berprestasi tingkat provinsi tahun 2014 yang
dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Dinas Pendidikan Provinsi atau
pejabat lainnya (atau sebutan lainnya);
2.
Belum
pernah menjadi juara pertama tingkat nasional Apresiasi bagi PTK PAUDNI
Berprestasi Tingkat Nasional untuk semua jenis lomba, dibuktikan dengan
surat keterangan dari pejabat Dinas PendidikanProvinsi (atau sebutan lainnya);
3. Memiliki
pengalaman atau bekerja sebagai PTK PAUDNI minimal 2 (dua) tahun dan masih
aktif, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat Dinas Pendidikan
Provinsi (atau sebutan lainnya);
4.
Pendidikan
paling tinggi strata dua (S2);
5.
Sehat
jasmani dan rohani, serta bagi peserta
wanita tidak dalam kondisi hamil yang dibuktikan dengan surat keterangan
dokter;
6.
Mengisi
biodata peserta dengan formulir terlampir;
7.
Keterangan
keaslian karya yang dilombakan disahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi
8.
Dokumen/naskah
tertulis yang dilombakan dilengkapi softcopy.
9.
Membawa
perlengkapan lomba sesuai dengan jenisnya;
10.
Hadir
pada acara lomba sesuai dengan waktu yang telah ditentukan;
11.
Menyampaikan
materi/bahan lomba sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Jumat, 25 April 2014
Kelas "Online" Lebih Unggul dari Kelas Konvensional ?
Kompas.com tanggal 6 Januari 2014 Menyebutkan Sebuah survei di salah satu universitas di Amerika Serikat menyebutkan, apabila murid kelas konvensional dengan murid kelas online diuji bersama-sama, maka ditemukan hasil sebanyak 90-100 persen siswa kelas online memperoleh nilai di atas C dan hanya 60 persen siswa kelas konvensional yang mendapatkan nilai di atas C.
Mengapa bisa begitu? Berdasarkan survei tersebut, kelas online
memiliki banyak keunggulan. Semua materi dan diskusi mengenai
pembelajaran dapat diulang kembali. Berbeda dengan kelas konvensional,
siswa harus mencatat. Apabila lupa mencatat, maka materi yang diberikan
ke siswa hanya "masuk telinga kanan, keluar telinga kiri". Setidaknya,
menurut Program Director MM Executive BINUS Business School Tubagus
Hanafi Soeriaatmadja, itulah alasan yang juga melatarbelakangi BINUS
Business School meluncurkan program Master in Management (MM) berbasis online. Hanafi menjelaskan, melalui program perkuliahan online, baik murid maupun mahasiswa akan mencerna materi lebih detail.
"Melalui pendekatan teknologi itulah yang menjadikan kelas MM Online lebih unggul dibandingkan dengan kelas konvensional biasa," kata Hanafi kepada Kompas.com, di BINUS Business School, Jakarta, pekan lalu. Selain efektivitas waktu, lokasi, dan adanya ketimpangan antara pertumbuhan ekonomi dan pendidikan di Jawa dan luar Jawa, ada faktor lainnya yang menyebabkan sistem pendidikan online diperlukan pada masa kini dan akan datang. Pada 2015 mendatang, lanjut Hanafi, Indonesia akan mengikuti ASEAN Economic Community (AEC). Semua pihak dapat datang dan bersaing di posisi apa saja.
"Negara anggota ASEAN lain, selain Indonesia, akan banyak yang masuk ke Indonesia dan menjadi pekerja ahli di Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan persaingan mendatang akan semakin ketat," kata Hanafi.
Faktor keempat, Hanafi menyadari, ketatnya persaingan antara industri yang satu dan yang lainnya. Persaingan industri itu menyebabkan fenomena "pembajakan" tenaga ahli semakin marak.
"Tak sedikit perusahaan yang lebih senang membajak daripada mengembangkan bibit potensial yang ada. Dengan adanya MM Online ini, kami berharap dapat menumbuhkan bibit-bibit pemimpin potensial," ujar Hanafi.
Sementara itu, faktor keenam adalah fakta bahwa pada tahun 2010 jumlah pelamar strata
1 (S-1) mencapai 2,5 juta jiwa. Padahal, tutur Hanafi, yang diterima hanya 1,5 juta jiwa, sedangkan jumlah universitas di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah jiwa yang ingin melanjutkan dan mendapat gelar pendidikan. Apabila hal itu terus dibiarkan, maka pada tahun 2030, Indonesia akan kekurangan sebanyak 2 juta tenaga terdidik.
"Bagaimana caranya, ya, pakai teknologi ini. Asalkan mereka punya niat dan mengerti teknologi, mereka pasti bisa. Sisanya mereka akan di rumah atau di kantor untuk belajar atau mengerjakan tugas lainnya," kata Hanafi.
Beberapa jenis pekerjaan membutuhkan sistem pendidikan online, misalnya pekerjaan di bidang perminyakan dan pertambangan. Kebanyakan dari mereka bekerja di daerah lain, seperti Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua
"Melalui pendekatan teknologi itulah yang menjadikan kelas MM Online lebih unggul dibandingkan dengan kelas konvensional biasa," kata Hanafi kepada Kompas.com, di BINUS Business School, Jakarta, pekan lalu. Selain efektivitas waktu, lokasi, dan adanya ketimpangan antara pertumbuhan ekonomi dan pendidikan di Jawa dan luar Jawa, ada faktor lainnya yang menyebabkan sistem pendidikan online diperlukan pada masa kini dan akan datang. Pada 2015 mendatang, lanjut Hanafi, Indonesia akan mengikuti ASEAN Economic Community (AEC). Semua pihak dapat datang dan bersaing di posisi apa saja.
"Negara anggota ASEAN lain, selain Indonesia, akan banyak yang masuk ke Indonesia dan menjadi pekerja ahli di Indonesia. Hal itulah yang menyebabkan persaingan mendatang akan semakin ketat," kata Hanafi.
Faktor keempat, Hanafi menyadari, ketatnya persaingan antara industri yang satu dan yang lainnya. Persaingan industri itu menyebabkan fenomena "pembajakan" tenaga ahli semakin marak.
"Tak sedikit perusahaan yang lebih senang membajak daripada mengembangkan bibit potensial yang ada. Dengan adanya MM Online ini, kami berharap dapat menumbuhkan bibit-bibit pemimpin potensial," ujar Hanafi.
Sementara itu, faktor keenam adalah fakta bahwa pada tahun 2010 jumlah pelamar strata
1 (S-1) mencapai 2,5 juta jiwa. Padahal, tutur Hanafi, yang diterima hanya 1,5 juta jiwa, sedangkan jumlah universitas di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah jiwa yang ingin melanjutkan dan mendapat gelar pendidikan. Apabila hal itu terus dibiarkan, maka pada tahun 2030, Indonesia akan kekurangan sebanyak 2 juta tenaga terdidik.
"Bagaimana caranya, ya, pakai teknologi ini. Asalkan mereka punya niat dan mengerti teknologi, mereka pasti bisa. Sisanya mereka akan di rumah atau di kantor untuk belajar atau mengerjakan tugas lainnya," kata Hanafi.
Beberapa jenis pekerjaan membutuhkan sistem pendidikan online, misalnya pekerjaan di bidang perminyakan dan pertambangan. Kebanyakan dari mereka bekerja di daerah lain, seperti Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua
"Mereka yang bekerja di luar daerah biasanya kesulitan untuk dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Maka, para pekerja itulah yang menjadi sasaran MM Online. Selain itu, sasaran
lainnya adalah para eksekutif muda maupun karyawan swasta di Jakarta yang sudah sulit meluangkan waktunya untuk kuliah lagi. MM Online dapat menjadi solusi," ujarnya.
Sumber : http://edukasi.kompas.com/read/2014/01/06/1252090
Langganan:
Postingan
(
Atom
)